Rabu, 29 Februari 2012

My Life Without You

Bleach -» Tite Kubo
Pair : Ichigo Kurosaki & Orihime Inoue
Genre : Hurt/Comfort
Rate : T
.
.
-ketika cinta dipisahkan oleh takdir dan kematian-


.
.

Pagi yang cerah membawa setiap jiwa dalam perasaan yang hangat. Tetapi tidak dengan seorang gadis yang bernama Orihime Inoue. Baginya pagi itu tetap sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Pagi yang terasa sangat dingin dan diselimuti dengan awan kesedihan. Entah mengapa semenjak kepergian kekasihnya, seakan separuh dari jiwanya ikut pergi bersama kekasihnya. Tidak ada senyuman diwajahnya, hanya ada air mata yang selalu setia menemani hari-harinya.
“Kurosaki-kun...”. ucapnya lirih sambil memegang bingkai foto yang ada diatas tempat tidurnya. Ya..foto itu adalah foto dia bersama Ichigo Kurosaki, kekasihnya.
Perlahan air matanya mulai membasahi pipinya. Kini rasa sedih semakin menusuk hatinya, dadanya sesak setiap mengingat Ichigo. Karena Ichigo adalah sumber kebahagiaannya selama ini. Ichigo yang selalu menjaga dan menghiburnya selama ini, setelah kepergian kakaknya, Sora Inoue. Sekarang, ia hanya bisa terdiam dalam keterpurukan yang menyelimuti dengan rasa sedih yang membuat lemas tubuhnya.
Hari ini tepat tujuh bulan setelah kepergian Ichigo. Dan hari ini ia akan pergi ke makam Ichigo, bersama kedua sahabatnya, Tatsuki dan Ishida.
“Sudah tujuh bulan ya, semenjak Ichigo meninggalkan kita semua”. Ucap seorang laki-laki berkacamata yang berdiri disamping Orihime. Laki-laki itu adalah Ishida, sahabat baik Ichigo dan Orihime sejak kecil.
Orihime tetap tidak terpengaruh dengan ucapan Ishida, ia hanya tetap duduk menangis dalam diam disamping batu nisan yang mengukir indah nama kekasihnya itu, Ichigo Kurosaki. Memandangi nisan yang ada didepannya dengan uraian air mata dan tatapan yang kosong. Entah mengapa ia tidak bisa menghentikan air mata itu. Seakan air mata itu tak mau berhenti sampai kapanpun. Merasakan kesedihan yang semakin menusuk hatinya, dan membuat luka dihatinya.
“Hime..aku dan Ishida ingin pulang dulu. Kamu mau ikut?” ujar seorang gadis cantik sambil memegang bahu Orihime. Gadis itu adalah Tatsuki, sahabat Orihime dari kecil.
“Ti-tidak. Aku masih ingin disini dulu Tatsuki-chan”. balas orihime dengan tidak membalikkan tubuhnya sekalipun dan suara yang lemas.
Tatsuki dan Ishida pun pergi meninggalkan orihime dalam kesedihannya yang mendalam.
“Kurosaki-kun..” ucapnya dengan nada sedih dibibirnya. Sambil memegang batu nisan yang ada dihadapannya. Dan mencoba untuk membasuh air matanya yang sejak tadi terus saja membasahi pipinya. Namun, air mata itu tetap turun membasahi pipinya.
“Mengapa kau pergi secepat ini..?” ujarnya sambil bersandar pada batu nisan. Mengingat semuanya seakan luka itu semakin mendalam.
Air matanya terus mengalir bercampur dengan rasa sedih dan sakit yang ia simpan selama ini. Kini tubuhnya benar-benar lemas dan tak berdaya.
   "Aishiteru.." sambil memeluk batu nisan yang ada dihadapannya. Ia terus membasuh air mata yg ada dipipinya itu, namun belum selesai Orihime membasuh air matanya, air mata itu sudah kembali turun membasahi wajahnya. Tiba-tiba, ia teringat akan ucapan Ichigo. "Haha.. Aku lupa kalau kamu benci melihat aku menangis." ucap Orihime sambil memperat pelukannya.

Flashback On...

"Hime.." ucap seorang laki-laki sambil memeluk Orihime dari belakang. Laki-laki itu adalah Ichigo.
"Ada apa Kurosaki-kun?" ujar Orihime sambil menundukkan kepalanya.
"Kamu menangis?" kata Ichigo sambil manaikkan dagu kekasihnya itu, agar kedua mata mereka saling bertatapan.
"Tidak.. Aku tidak menangis." ucapnya sambil mencoba membasuh air matanya.
"Aku benci melihatmu menangis." ucap Ichigo sambil membasuh air mata yang ada dipipi kekasihnya itu.
"Hmm..maafkan aku. Aku tidak akan menangis lagi" ujar Orihime sambil tersenyum pada Ichigo.
"Aku hanya ingin melihat seyuman yang ada diwajahmu sayang, bukan air mata. Aishiteru Hime." kata-kata itu membuat Orihime ingin menitihkan air matanya, namun itu tidak mungkin.

-Flashback Off

Orihime merasakan tubuhnya sangat lemas, pandanganya mulai kabur, dan kepalanya terasa sangat berat. Tapi itu tidak dihiraukannya sama sekali, dia hanya terus memandang batu nisan yang mengukir indah nama kekasihnya dgn uraian air mata.
   "Aku..masih menginginkanmu berada disini." ucap Orihime tanpa ada seorang pun yang mendengarkannya.
   "Padahal kamu bilang, kamu akan selalu bersamaku." lagi-lagi air matanya turun menghiasi wajahnya.
   Tiba-tiba langit menjadi mendung diselimuti awan hitam gelap, dan tak butuh waktu yang lama untuk sang hujan turun membasahi bumi dan setiap nisan yang ada dipemakaman itu. Orihime pun hanya bisa menangis dalam derasnya hujan. Berdiri menatap batu nisan yang sejak tadi dipeluknya. Ingin rasanya ia pergi menyusul kekasihnya itu, namun ia selalu ingat kata-kata yg diucapkan Ichigo.
'Hidup itu jangan kita sia-sia kan selama kita masih hidup'
"Hidup itu jangan kita sia-siakan selama kita masih hidup ya..?" tanyanya dalam hati. Kini air matanya semakin deras membasahi pipinya bercampur dengan derasnya air hujan.
   "Kurosaki-kun..." air matanya tak dapat dibendung lagi.
   "Aishiteru.." sambil terus memandang batu nisan itu dengan tatapan sedih yangg terus menyayat hatinya. Dan mencoba untuk memejamkan matanya, merasakan dinginnya air hujan yang jatuh membasahi tubuhnya.
Tiba-tiba dia merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Entah mengapa pelukan itu tidak asing baginya. Dia sangat mengenali pelukan hangat itu. Yaa.. Pelukan itu seperti pelukan Ichigo Kurosaki.
   “Hime.." ucap seorang lelaki sambil berusaha mengangkat dagu Orihime hingga mata mereka bertatapan dan saling memandang dalam kesedihan.
Betapa terkejutnya Orihime saat ia membuka matanya. Ia seakan tidak percaya, yang dihadapannya ini adalah Ichigo Kurosaki.
   "Aku tidak ingin kamu menangis sayang" ucap Ichigo sambil memandang langit yang diselimuti awan hitam. Tampak sekali air hujan yang turun itu dapat menembus Ichigo. Karena itu hanyalah roh Ichigo.
   "A-aku... Mencintaimu.. Kenapa kamu.." ujar Orihime dengan nada yang terdengar sedih dan tidak kuat untuk melanjutkan perkataannya.
   "Aku juga mencintaimu sayang, aku hanya merasa bersalah padamu. Aku lah yg menyebabkan semua kesedihan ini, aku hanya ingin kamu menjadi dirimu yang dulu sayang. Aku mohon, berhentilah menangis. Bangkitkanlah dirimu yang dulu, hiduplah dalam tawa meskipun aku tidak bisa menyentuhmu. Namun, aku akan selalu ada disisimu, menemani setiap langkahmu, dan menemani setiap desah nafasmu." ucapan itu semakin membuat air mata Orihime semakin terjatuh menghiasi pipinya.
"Tapi bagaimana jika aku tidak bisa?" sambil terus mencoba merasakan hangatnya sentuhan tangan Ichigo. Meskipun mereka tidak bisa saling bersentuhan. Namun tetap saja kehangatan itu terasa diantara mereka.
   "Kamu pasti dan harus bisa sayang. Sekarang aku harus pergi. Aishiteru my imouto." ucapnya dengan nada yg sangat lembut. Sambil berjalan menjauh dari kekasihnya itu melepaskan pelukannya. Orihime hanya bisa terdiam menangis memandangi kekasihnya yang semakin lama bayanganya itu menghilang dalam derasnya sang hujan.
   "Kurosaki-kun.. Aku akan berusaha.. Aishiteru yo." ucapnya dengan nada yang sedikit melupakan kesedihannya dan mencoba bangkit dari keterpurukan sesuai dengan apa yang dikatakan Ichigo padanya.
    Orihime kembali memeluk nisan itu untuk yang terakhir kalinya. Kali ini dia benar-benar ingin bangkit dari kesedihannya selama ini. Mencoba menjalani hari-hari dan melupakan luka dihatinya. Berjalan perlahan menjauhi batu nisan yang mengukir nama Ichigo. Meninggalkan semua luka dan sedih.
Dari kejauhan, terlihat bayangan Ichigo yg tersenyum melihat kekasihnya itu bangkit dari semua kesedihannya dan melupakan luka yg ia buat.
   "Aku yakin kamu pasti bisa Hime ku sayang." itulah kata-kata terakhir yg diucapkan Ichigo.
Sekarang dia tenang dialam sana. Dan akan selalu ada disisi kekasihnya, Orihime Inoue.


_The End_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar