Kamis, 05 April 2012

Forever In My Heart Part I

 
 
    Tak terasa tujuh bulan sudah sejak ia pergi meninggalkan ku. Aku sudah mulai bisa melupakannya. Namun masih ada perasaan cinta untuknya. Setiap aku mengingatnya, ingin rasanya akumenangis sekeras-kerasnya sampai ia datang padaku. Namun itu tak mungkin ku lakukan. Betapa sedihnya aku, jika ku mengingat peristiwa itu, peristiwa yang merenggut nyawanya. Tak ku sangka dia akan pergi meninggalkan ku secepat itu. Namun ku coba untuk tetap tegar dan semangat dalam menjalani hari-hari ku.

 
    Hari ini aku pergi sekolah dengan harapan hari ini akan menyenangkan. Ku langkahkan kaki ku menuju sekolah, karena sekolah ku memang cukup dekat dan tidak terlalu jauh. Sepuluh menit sudah ku lewati dengan berjalan kaki menuju sekolah, dan akhirnya aku sampai disekolah ku dan langsung menuju kelas ku. Sesampainya dikelas, temanku yang cukup dekat dengan ku langsung menghampiri ku dan mengajak ku berbicara. Ia juga memberi ku sepucuk surat. Ternyata ia ingin menyuruh ku untuk memberi surat itu pada kapten basket disekolah kami. Yaa..dia bilang, dia menyukai kapten basket itu. Nama kapten basket itu adalah Ian. Ian memang cukup menjadi idola disekolah ku. Karena dia tampan, baik, kaya, dan pintar. Awalnya aku tidak mau memberi surat itu pada Ian, karena yang menyuruh ku adalah sahabat ku yang sangat aku sayangi, jadi aku akan memberikan surat itu pada Ian. Aku menunggunya Ian didepan sekolah seusai pulang sekolah. Akhirnya..setelah menunggu selama 15 menit, orang yang ku tunggu datang juga.


    "Hai Ian. Aku ingin berbicara denganmu sebentar, boleh kan?" tanyaku mengawali pembicaraan.
    "Boleh saja, ada apa Mi?" tanyanya dengan nada bingung.
    "Hmm..ini ada surat untukmu dari temanku. Dia menyuruh ku untuk memberi surat ini padamu." jawabanku membuatnya bingung.
    "Hah? Surat? Dari siapa?" tanyanya kembali padaku.
    "Sebaiknya kamu buka saja, nanti juga kamu tahu siapa yang mengirim surat itu." balasku padanya dengan senyuman.
    "Oh..begitu. Baiklah, terima kasih Mi." jawabnya dengan senyuman senang.
    "Oya, sama-sama Ian." balasku dengan senyuman.
    "Eh..kamu pulang dengan siapa Mi?" tanya Ian padaku.
    "Sendiri saja, memang kenapa?" tanya ku dengan nada bingung.
    "Oh..tidak apa-apa, aku hanya bertanya saja. Sekali lagi..." belum juga Ian menyelesaikan perkataannya, seorang laki-laki memanggilnya dari arah belakang sambil berlari.
    "Hei..Ian tunggu aku." kata laki-laki itu pada Ian.


    Aku pun melihat ke arah belakang Ian. Dan betapa terkejutnya aku, ketika aku melihat laki-laki itu. "Aku rasa wajah itu tidak asing lagi bagiku. Senyumannya,  nada bicaranya, dan gayanya pun, seperti aku pernah mengenalnya." ucapku dalam hati. Lalu aku pun mulai memikirkan seseorang yang mirip dengannya itu. Dan akhirnya aku tahu siapa orang yang mirip dengannya itu. Yaa..dia adalah Bayu kekasihku yang telah meninggal.


Saat ini rasa penasaran menghampiriku. Aku ingin tahu siapa laki-laki itu. Mengapa dia sangat mirip dengan Bayu.
Lalu suara laki-laki itu menyadarkanku dari lamunanku tadi.
 
      "Hei, aku menunggumu di ruang OSIS tahu. Kamu kemana saja?" tanya laki-laki itu pada Ian.
      "Ohh..maaf ya aku mengira kamu sudah pulang." lalu Ian menjawab pertanyaan itu dengan nada yg terdengar senang, karena dia telah membuat laki-laki itu menunggu selama setengah jam.
      "Baiklah..aku memaafkanmu." jawab laki-laki itu dengan senyuman diwajahnya.
      "Oiya, kenalkan ini Amy temanku. Dia anak kelas X.1M." kata Ian sambil menepuk bahu laki-laki itu.
      "Hai, aku Andy. Senang berkenalan denganmu." sambil menjabat tanganku. Dan aku pun terkejut, karena sentuhan tangan itu sama dengan sentuhan tangannya Bayu.
      "Hai, aku Amy. Senang juga berkenalan denganmu." senyumanku terlihat dipaksakan menurutku. Karena wajah Andy mengingatkanku pada Bayu. Ingin sekali aku menangis saat ini. Namun itu tak mungkin.
      "Andy ini anak baru disekolah ini. Dia baru pindah kemarin. Dan dia juga teman sekelasku dan temanku sejak kecil." Ian menceritakan tentang Andy padaku.
      "Ohh..jadi dia anak baru.." sambil memaksakan kembali senyumanku. Dan aku tidak berani menatap Andy.
      "Iyaa.." jawab Andy padaku.
      "Umm,, eh..aku pulang duluan ya.. Sampai jumpa besok.." aku pun langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Tanpa menatap Andy sekalipun semenjak aku dan dia bertemu. Aku selalu saja mengalihkan pandanganku darinya.


(dirumah)


    "Huh...hari ini melelahkan sekali..." sambil merebahkan tubuhku diatas tempat tidur. Aku mencoba untuk tidur, tapi tidak bisa, bayangan wajah Andy terus terlintas dipikiranku. Entah perasaan apa yang ku rasakan saat ini. Perasaan sedih terus menyelimuti hatiku. Sampai akhirnya, mataku terpejam juga, dan aku pun tidur dalam keheningan.


    Tak terasa hari sudah mulai sore. Aku pun bergegas bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mandi dan setelah mandi, aku pun langsung shalat ashar. Setelah shalat ashar, aku duduk diatas tempat tidurku sambil membaca sebuah buku yang aku pinjam dari perpustakaan tadi. Namun, pikiranku masih saja teringat kejadian tadi. Ya..kejadian yg membuat ku terkejut. Bayang-bayang Andy masih saja terlintas dipikiranku. Aku tidak menyangka akan bertemu dengan seseorang yg mirip sekali dengan Bayu. Pikiranku kembali melayang memikirkan peristiwa saat Bayu tertabrak. Semua itu adalah kesalahanku. Jika saja dia tidak menghiburku hingga dia lupa kalau ada jalan raya yang besar dibelakangnya, pasti semua itu tidak akan terjadi. Aku kembali berbicara dalam hati "Duhh..kenapa aku terus memikirkan hal itu? Lebih baik aku melupakan hal itu.." sambil menutup mataku dan mencoba melupakannya.
 Malam pun tiba. Setelah shalat magrib dan makan. Aku pun mengerjakan PR dari sekolah. Beberapa jam kemudian setelah aku selesai mengerjakan PR dan shalat isya, aku pun langsung tidur, karena hari ini aku lelah sekali.


    Esok harinya, aku bangun dengan semangat. Dan berharap hari ini lebih baik dari kemarin. Setelah mandi, shalat subuh, sarapan dan berpakaian. Aku pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki seperti biasanya. Sesampainya dikelas, aku pun duduk di sebelah Fifi, dia memandangi ku dengan penuh rasa penasaran. Aku pun mencoba menanyakan arti pandangan itu.
    
      "Hei, ada apa? Kenapa pandanganmu seperti itu?" tanyaku dengan wajah yg bingung.
      "Hmm,, tidak ada apa-apa..apa kamu sudah memberi surat itu pada Ian?" dia bertanya sambil berbisik padaku.
      "Umm..tentu saja sudah kuberikan padanya. Memang kenapa?" aku bertanya balik padanya.
      "Ohh..syukurlah.. Aku senang mendengarnya terima kasih ya Mi." jawabnya sambil tersenyum senang.
      "Hmm,,iyaa sama-sama." sambil tersenyum dengan nada datar.


Setelah selesai mengobrol, seorang temanku memanggilku dan menyuruhku keluar kelas. Saat ku lihat ternyata didepan kelas sudah ada seorang laki-laki dan temannya yang sedang menungguku. Aku pun menyapa mereka berdua, dan ternyata laki-laki itu adalah Ian, dan temannya itu adalah Andy. Huhh..betapa terkejutnya aku. Lalu aku mengajaknya mengobrol karena bel masuk belum berbunyi. Tetapi tetap saja aku tidak berani untuk menatap Andy yang berada disebelah Ian.

      "Hei,,ada apa Ian?" tanyaku dengan nada datar.
      "E-eh ini, aku mau menyuruhmu memberi surat ini pada temanmu yang memberi surat ini padaku." Ian menjawabnya dengan nada yang sedikit terdengar ragu.
      "Ohh..begitu.. Baiklah aku akan memberikan surat ini padanya. " aku kembali menjawabnya dengan nada yang datar.
      "Terima kasih mi.. Oiya, selain itu Andy juga ingin melihat kelasmu, jadi aku mengajak dia kemari dan untuk menemaniku." dia menjawab dengan nada yang senang.
     "Ohh.. Begitu.. Iyaa sama-sama. Umm..inilah kelasku Andy." jawabku dengan nada sedikit ragu. Tanpa memandang Andy.
     "Kelasmu cukup jauh ya dari kelasku." Andy lalu menjawab perkataanku tadi, dengan nada yang lembut serta senyuman diwajahnya.
      "Hmm..iyaa memang." masih tetap tidak memandang Andy.
Aku merasa kalau saat ini Andy sedang bingung dengan tingkah laku ku yang tidak pernah memandangnya. Suara Ian kemudian terdengar kembali.
      "Oiya,,aku rasa sudah mau masuk.. Jadi aku permisi kembali ke kelas dulu ya.. Dan sekali lagi terima kasih.." Ian mengakhiri perbincangan ini.
      "Ohh..iyaa.. You're welcome.." jawabku dengan senyuman.
Dan kembali ke dalam kelas lalu membaca sebuah buku.


(diwaktu yanag bersamaan dan dalam perjalanan ke kelas)


      "Ian,, aku merasa Mimi itu sedikit aneh ya sikapnya kepadaku." Andy memulai pembicaraan dengan Ian.
      "Aneh bagaimana?" tanya Ian dengan nada yang bingung.
      "Entahlah..aku merasa dia tidak pernah mau menatapku, walaupun kita sedang berbicara." Andy mulai bertambah bingung.
      "Masa sih? Mungkin itu hanya perasaanmu saja." Ian menjawab dengan nada yang ragu, karena sebenarnya dia juga merasakan sesuatu yang aneh itu pada Mimi.




#To Be Continued#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar